Kamis, 13 Januari 2011

teori komunikasi massa

Desi Aditia Ningrum
Jurnalistik 4A

Teori the Spiral Of Silence
Teori the spial of silence dikemukakan oleh Elizabeth Noell Neuman 1973. teori bagian yaitu pandangan mayoritas dan pandangan minoritas, pandangan mayoritas biasanya beranggapan ia terhadap suatu masalah, akan tetapi sebaliknya, pandangan minoritas beranggapan tidak.
Contoh : kasus video mesum Ariel, Luna Maya dan Cut Tary. Berbagai media mengatakan bahwa 99% video tersebut adalah asli, dan masyarakat yang beranggapan sama dengan media, mereka dapat di kelompokkan pada mayoritas. Sedangkan kelompok minoritas beranggapan video itu tidak asli.
Dari banyaknya kelompok mayoritas yang percaya pada keaslian video tersebut, maka kelompok minoritas dianggap bisu dan hal tersebut didominasi oleh kelompok mayoritas.
Neolle Neuman menjelaskan tiga asumsi mengenai teori ini yaitu :
1. Suara mayoritas memegang kekuasan terhadap suara minoritas.
2. Orang selalu menilai iklim dari opini publik.
3. Pengaruh publik dipengaruhi evaluasi opini publik.
Menurut Neuman teori spiral of silence disebut train test (tes kereta api), misalnya ada empat orang didalam kereta dan duduk berhadapan, mereka tidak saling kenal dan masing-masing berbeda profesi, pada saat di kereta menyaksikan satu tayangan televisi yang sama, dan dari empat orang tersebut, tiga diantaranya percaya terhadap apa yang diberitakan akan tetapi satu orangitu tidak percaya, maka diapun memililh diam membisu.
Dapat kita lihat bahwa tiga orang tadi dalah termasuk kedalam kelompok mayoritas sedangkan yang satu orang adalah kelompok minoritas. Itu lah salah satu contoh teori spiral of silence.
Orang yang membisu tadi dalam contoh train test disebut Inovator, social change dan avanga (orang-orang yang merasa pendapatnya kuat).
Spiral of silence terjadi percakapan-percakapan publik, dapat dikategorikan kedalam tiga bagian yaitu :


1. Kedewasaan (usia)

2. Tingkat Pendidikan(percakapn tersebut akan terjadi jika tingkat pendidikan yang memadai).
3. Sex, mudah terjadi biasanya jika ada banyak laki-laki.
Teori spiral of silence jika ada topik yang dominan dibahas oleh masyarakat, secara otomatis membisukan pandangan masyarakat dengan pandangan mayoritas.

Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting pertama kali dikemukakan oleh ME. Mc Combs dan D.L Shaw dalam bukunya Publik Opinion Quarterly, mengatakan bahwa jika media mengatakan tekanan pada suatu peristiwa maka pada media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting.
Contohnya : jika saya dan teman saya menonton berita pagi yang membahas mengenai harga BBm bersubsidi akan segera turun harga, maka ketika saya ketemu teman yang lain akan cenderung membicarakan penurunan harga tersebut. Biasanya kan membicarakan dari segi pemerintahannya, dan teman yang lain membicarakan dari penghematan ongkos. Namun pada dasarnya kami tetap membicarakan apa yang telah diberitakan di media massa.
Agenda setting membicarakan tentang suatu yang kompleks. Misalnya dalam contoh kasus ariel,
1. Ariel
2. Luna Maya
3. Cut Try
4. Publik
5. Pencapainnya
6. Norma
7. Hukum
Mengenai artis-artis tersebut biasanya akan di pertanyakan tentang pribadinya, dan pencapaiannya di bidang apa saja. Misalnya ariel pencapaiannya dalam bidang musik dan kedua artis wanita sinetron dan presenter. Akan tetapi jika saya tidak akan melihat dari masing-masing pribadi tersebut tapi memfokuskan pada masalah norma dan hukum, saya bisa disebut Gatekeeper atau Brodcasters.
Teori ini mengatakan bahwa media(terutama berita) tidak selalu berhasil untuk memberitahukan apa yang kita fikirkan melainkan mereka berhasil mengajak kita untuk memikirkan sesuatu.
Media telling us what to thing
Media telling us what to thing about
USES AND GRATIFICATION MODEL
Uses and Gratification (model kegunaan dan kepuasan) dikemukakan pertama kali oleh Elihu Katz (1974) dan Herbert Blumer. Model ini merupakan pengembangan dari model hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dan dapat dikatakan pula bahwa antara media dengan khalayak saling ketergantungan, artinya adalah khalayak membutuhkan media untuk mendapatkan informasi, dan media membutuhkan khalayak untuk menyampaikan informasinya.
Model ini menganggap bahwa khalayak adalah aktif, aktif disini bukan berarti kritis. Berikut adalah contoh aktif kritis dalam media televisi :” mengapa sesudah acara dahsyat kemudian acara silet??”. Nahh disitu terlihat bahwa khalayak itu berfikir aktif dan adanya negosiasi terhadap tayangan tersebut. Dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang menyelimuti khalayak yang aktif terhadap media, bisa saja berfikkir lagi “kenapa abis acara dahsyat silet??kenapa gak berita??”pertanyaan seperti itu pasti timbul dibenak khalayak aktif.
Bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan(uses) media untuk mendapatkan kepuasan(gratification) atas kebutuhan seseorang. Sebagai contoh saya sendiri, saya sering sekali menggunakan media online khususnya twitter untuk mendapatkan informasi tentang idola saya. Dan saya merasa membutuhkan hal tersebut untuk mendapatkan informasi tentang idola saya. Dengan demikian saya merasakan kepuasan tersendiiri setelah saya mendapatkan informasi tentang idola saya.
Katz, Blumer dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori uses and gratification, yaitu:
a. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
b. Dalam proses komnuikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.
c. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada prilaku khalayak yang bersangkutan.
d. Tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

Teori Kultivasi
Teori kultivasi dikemukakan oleh George Gerbner pada tahun 1967. teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindak kekerasan. teori kultivasi menekankan pada dampak kumulatif dari televisi terhadap kepercayaan khalayak mengenai realitas sosial.
Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Orang yang merupakan pecandu berat televisi sering kali mempunyai sifat stereotip tentang peran jenis kelamin, sdokter, bandit, atau tokoh-tokoh lain yang biasa muncul di televisi khususnya sinetron atau drama. Pecandu berat televisi biasanya memiliki gambaran tersendiri tentang tokoh-tokoh yang ada di dalam sinetron tersebut misalnya pencullik digambarkan berwajah seram, mengendarai mobil zeep dan menggunakan kacamata hitam.
Dan mereka juga berkeyakinan bahwa apa yang di tayangkan televisi khususnya kekerasan terjadi pula dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seorang remaja menonton film perang dan di film tersebut 80% kekerasan, dan dia pun melihat orang-orang di bunuh dengan seenaknya seperti binatang. Dia pun beranggapan bahwa dunia sehari-hari pun pasti seperti itu, dan dampaknya adalah apabila dia berpergian merasa ketakutan dan dihantui kekerasan di sekelilingnya. Itulah dampak akibat dari pecandu berat televisi tadi.
Dua pengaruh media massa
1. Emotional, pada saat kita menyaksikan sebuah tayangan televisi yang membuat kita terharu, kita pasti akan ikut menangis atau pada saat kita menyaksikan adegan lucu kita pun ikut tertawa. Disitu emosi kita pun terbawa oleh sajian media massa.
2. Behaviour/ attitude, media mempengaruhi tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari, contoh sekarang ini banyak anak remaja yang mengikuti gaya selebritis, seperti tren-tren pakaian yang sedang digandrungi.
Dari hasil kesimpulan teman saya mengenai teori ini adalah Tv ditonton oleh audience yang pecandu berat, setelah audience menonton tv timbulah dampak perubahan sikap yang merupakan realtias sosial yang ada. Dan pada akhirnya terjadilah cultural shock, dari audience menimbulkan variabel lain berupa pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain.
Teori two step flow of communication
Teori two step flow of communication atau teori komunikasi dua tahap ini dikemukakan oleh Paul Lazarsfeld dan Elihu Katz. Dikatakan dua tahap karena model komunikasi ini dimulai dengan tahap pertama sebagai proses komunikasi massa dan tahap berikutnya atau tahap kedua sebagai proses komunikasi antarpersona.
Model ini menggambarkan bahwa pesan lewat media massa diterima oleh individu-individu yang menaruh perhatian lebih pada media massa, sehingga mereka menjadi orang yang terinformasi. Mereka itu disebut opinion leader, opinion leader menyampaikan pesan ang telah ia interpretasikan itu kepada individi-individu lainnya secara antarpersona.
Opinion leader di Indonesia nampaknya masih amat diperlukan karena kondisi masyarakat Indonesia relative banyak yang belum diterpa media massa. Penyebabnya mungkin karena kurangnya daya beli masyarakat, dapat juga karena pendidikan yang belum memadai sehingga mereka tidak dapat menangkap pesan secara utuh (terutama media cetak), atau tingkat kepatuhan terhadap tokoh tertentu.
Contoh : pada masa kampanye pemilu, partai-partai peserta pemilu berlomba-lomba memanfaatkan para opinon leader. Pimpinan pesantren (kiai) sering kali dipersuasi oleh partai tertentu agar mengajak para santrinya untuk memilih partai tertentu agar mengajak para santrinya unttuk memilih partai tersebut dengan iming-iming bantuan fasilitas gedung pesantren atau isinya. Para santri itu serta merta akan patuh pada kiai tanpa sebuah penolakan, disitu kiai yang menjadi opinion leader.
Contoh lain misalnya ada seorang mahasiswa yang datang ke kampung, kemudian ia bertemu dengan sepasang petani yang tidak bisa baca tulis, mereka sedang kebingungan karena mendapat brosur pemilihan kepala desa setempat, petani pun tidak tahu sama sekali dengan calon-calonnya, setelah itu dijelaskkan oleh mahasiswa tersebut bahwa akan ada pemilihan kepala desa baru. Setelah dijelaskan dengan panjang lebar sepasang petani itu pun akhirnya mengerti. Dan mahasiawa itu pun dapat dikatakan sebagai opinion leader.
Apabila variasi volume informasi dari opinion leader menyebabkan efek yang positif pada khalayak, maka akan menguntungkan pihak sumber atau dengan kata lain informmasi yang disampaikan oleh opinion leader berhasil. Tetapi bila terjadi sebaliknya maka opinion leader pun gagal dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Dengan kata lain opinion leader menjadi kunci atas keberhasilan penyampaian komunikasi melalui media massa terhadap khalayak.
Bisa dikatakan model ini tergantung pada opinion leader dan khalayak hanya menunggu informasi darinya, disini khlayak dianggap pasif dan yang aktif hanyalah opinion leader

Reinforcement theory
Teori ini menjelaskan tentang penguatan kembali terhadap media. Dimana khlayak yang masih ragu terhadap media dikuatkan dengan adanya contoh atau pengalaman.
Misalnya dalam lima stasiun televisi memberitakan tentang kejahatan di terminal, tetapi didaerah yang berbeda. Kejahatan tersebut adalah pencopetan, pembunuhan, pemerkosaan, hipnotis dan perampokan. Kemudian audiens tidak yakin bahwa di terminal serawan itu, beberapa hari berikutnya audiens pergi keterminal dan ia pun dirampok. Setelah kejadian itu ia sadar bahwa apa yang diberitakan media itu benar bahwa di terminal itu rawan kejahatan. Itu adalah salah satu penguatan terhadap media. Contoh lain misalnya sebelum saya memiliki hp saya tidak tahu merek apa yang kualitasnya bagus, banyak sekali iklan-iklan yang menawarkan merek hp dengan kualitas bagus yang dimilikinya. Disitu saya bingung merek hp apa yang harus saya pergunakan, nah kebetulan semua keluarga saya dan teman-teman saya menggunakan hp merek NOKIA, dan saya pun bertanya apa benar merek itu kulitasnya bagus?? Setelah mereka menjelaskan beberapa hal tentang nokia, akhirnya saya pun tertarik untuk membelinya, setelah saya menggunakan merek tersebut memang kualitasnya bagus dan sampai saat ini saya masih menggunakannya. Dan setelah saya tahu bahwa dalam iklan itu benar serta berdasarkan pengalaman keluarga dan teman, saya pun merasa dikuatkan oleh media.
Jadi menurut saya reinforcement itu meyakinkan audiens yang tadinya belum yakin terhadap media, dan dikuatkan dengan adanya pengalaman audiens itu sendiri ataupun orang terdekat.

Hypodermic
needle syndrome or the Bullet theory
Teori peluru dikemukakan oleh Wilbur Schramm pada tahun
1950-an, sedangkan teori jarum suntik dikemukakan oleh David K Berlo pada tahun
1960 yang murid dari Schramm. Tetapi Schramm mencabut teorinya pada tahun
1970-an dan menganggap teori ini tidak ada. Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer
pun mendukung pernyataan Schramm.
Teori hipodermik ditampilkan setelah peristiwa penyiaran
kaledioskop stasiun radio siaran CBS di Amerika berjudul the invansion from
mars .“hypodermic”berarti “di bawah kulit”. Teori beranggapan bahwa media
memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat, dan masyarakat dianggap pasif
serta tidak tahu apa-apa. Teori ini jika langsung di tembakkan kepada komunikan
maka komunikan itu akan langsung terkapar, artinya dalam teori ini media
berperan besar, dan komunikan langsung percaya kepada media tanpa berfikir
ulang lagi, komunikan benar-benar dianggap pasif. Namun Raymond Bauer
baranggapan bahwa komunikan tidak pasif, secara aktif mereka mencari sendiri
yang diinginkan dari media massa.
Pengaruh media hipodermik ini didukung oleh munculnya
kekuatan propaganda Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945).
Hovland pun mengatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam menyebarkan
informasi, bukan dalam mengubah perilaku.
Media massa digambarkan sebagai jarum hipodermik raksasa yang mencotok
massa komunikan yang pasif. Elihu Katz mengatakan bahwa model tersebut terdiri
dari :
1. Media yang sangat mampu memasukkan idea pada benak tidak yang tidak berdaya.
2. Massa komunikan yang terpecah-pecah, yang terhubungkan dengan media massa, tetapi sebaliknya komunikan tidak terhubungkan satu sama lain. Maksudnya walaupun antar masyarakat berjauhan misalnya Jakarta dan Ambon, tetapi dengan adanya media kita sama-sama tahu tentang apa yang sedang terjadi di Negeri ini, meskipun antara orang Jakarta dengan Ambon tidak saling mengenal.
Perbedaan antara teori peluru dan
teori jarum suntik yaitu bila diibaratkan teori peluru jika di tembakkan kepada
seseorang, maka seseorang itu akan langsung meninggal. Tapi jika teori jarum
suntik bila di suntikkan kepada seseorang maka seseorang itu akan melalui
proses terlebih dahulu untuk meninggal. Jadi yang lebih cepat berpengaruh
terhadap masyarakt itu adalah teori peluru.
Sebagai contoh dari teori ini adalah
saya sendiri, saya terkena teori hypodermic atau bullet theory dari media
iklan. Begitu saya melihat iklan pembersih wajah yang dapat menjadikan wajah
putih dan bersih, tanpa berfikir dua kali saya langsung membelinya karena terpengaruh
iklan dan tidak berfikir benar atau tidaknya. Setelah saya belajar teori ini
saya sadar selama ini saya sudah terkena pengaruh hipodermik atau bullet teori,
dan langsung percaya terhadap media iklan tanpa berfikir ulang lagi.





.

2 komentar: